Kamis, 30 Maret 2017

Tugas Softskill Akuntansi Internasional (makalah)

Akuntansi Internasional

                      
Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga






Kelompok 5
Kelas 4EB05
Friska Sinurat                                 23213588
Ghema Nugraha M                         23213704
Heriyansah                                      24213070
Igha De nanta                                  24213213  
Nurma Dwi Rahmawati                  26213690
Nurdiana Putri Olivia                      26213646            
Novi Handani                                  26213523
Nova Aisyah                                    26213505


UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA 2016/2017
DEPOK



KATA PENGANTAR
         
Dengan memanjatkan Puji serta Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah Akuntansi Inernasional mengenai “Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga” dengan sebaik-baiknya.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Dr. Imam Subaweh, SE.,MM.,Ak.,CA. selaku Dosen Akuntansi Internasioal yang selalu membimbing dan mendukung dalam proses pembuatan makalah ini. Tidak lupa kami berterimakasih pula kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam pembuatan makalah ini baik materil maupun non-materil sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami sadar selaku tim penyusun masih terdapat kekurangan-kekurangan terutama dalam penyajian materi dan bahasa yang digunakan. Untuk itu, kami membutuhkan kritik serta saran yang membangun untuk penyusunan makalah di kemudian hari.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya.

                            



Depok, 29 Maret 2017





BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang

Dalam perkembangan ekonomi saat ini telah timbul berbagai macam adanya inflasi dalam perubahan harga, Inflasi dapat didefinisikan sangat sederhana sebagai kenaikan tingkat harga rata-rata untuk barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Banyak dari kita sangat menyadari fenomena ini. Inflasi merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di negara berkembang, namun kecenderungan yang ada di negara maju mengadopsi “akuntansi inflasi” untuk memperbaiki penyimpanan dari convensional historical cost accounting yang memasukkan unsur perubahan harga dan inflasi pada pendapatan dan asset. Perubahan harga menimbulkan masalah bagi akuntansi dalam hal penilaian, unit pengukur, dan pemertahanan kapital. Masalah penilaian berkaitan dengan dasar yang harus digunakan untuk mengukur nilai pos pada suatu saat. Masalah unit pengukur berkaitan dengan perubahan daya beli akibat perubahan tingkat harga umum. Masalah pemertahanan capital berkaitan dengan pengertian laba sebagai selisih dua kapital yang harus ditentukan jenisnya; financial atau fisis.
Akuntansi bagi perubahan harga secara khusus berhubungan erat dengan manajer-manajer perusahaan multinasional karena tingkat inflasi bervariasi secara substansial antara suatu negara dengan negara lainnya, sehingga meningkatkan kemungkinan dipengaruhinya pelaporan hasil-hasil operasi oleh efek-efek distorstif dari inflasi. Pengaruh inflasi terhadap posisi keuangan dan kinerja perusahaan dapat mengakibatkan tidak efisiennya keputusan operasional yang dibuat oleh manajer yang tidak mengerti pengaruh dari inflasi itu sendiri. Dalam kaitannya dengan posisi keuangan, aktiva keuangan seperti nilai kas akan berkurang nilainya selama inflasi karena menurunnya daya beli. Konsekuensi-konsekuensi internasional dari inflasi global sangat mengganggu. Karena inflasi telah mengikis standar kehidupan sekarang ini yang memiliki penghasilan dan memperumit pengambilan keputusan  bisnis secar signifikan, terjadinya kegelisahan politik sosial yang luas, tekanan-tekanan ekonomis tidak di ragukan lagi tidak menyebabkan pergolakan-pergolakan politik yang telah memberi warna pada politik global dalam kemajuan saat ini.
Pelaporan keuangan merupakan bagian penting dari perusahaan, pelaporan merupakan bukti pertanggungjawaban perusahaan. Dalam tinjauan ekonomi makro, terdapat factor-faktor dari eksternal perusahaan yang mampu mempengaruhi nilai atau aangka dari pelaporan keuangan, seperti perubahan harga.
Perubahan harga adalah hal mutlak yang terjadi dalam suatu Negara yang dipengaruhi oleh berbagai factor seperti kebijakan kurs mata uang, kebijakan pemerintah, dan lain sebagainya. Harga yang mengalami sifat mudah berfluktuasi memberikan dampak terhadap perusahaan, misalnya harga suatu barang yang ketika dibeli (histori) mengalami peningkatan ketika hendak dijual sehingga perlunya penyesuaian agar dapat memperoleh penghasilan yang relevan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perubahan Harga
2.1.1 Pengertian Perubahan Harga
Perubahan harga yakni ketika harga barang dan jasa dalam suatu Negara mengalami perubahan. perubahan harga tersebut dapat berupa Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi (inflation), atau penurunan harga disebut deflasi (deflation). Untuk memahami makna istilah perubahan harga (changing prices), harus dibedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya masuk dalam istilah perubahan harga itu.
a.      Perubahan harga umum
Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Unit-unit moneter memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian daya beli. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi (deflation).
b.       Perubahan harga spesifik
Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran.

Daftar Istilah Akuntansi Inflasi
       Atribut. Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi. Contoh biaya hostori atau biaya penggantian merupakan atribut suatu aktiva.
       Penyesuaian biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk perubahan dalam harga tertentu.
       Perubahan dalam kekayaan. Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih.
       Mekanisme Penyesuaian. Menfaat berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut didanai melalui utang.
       Ekuivalensi Daya Beli Umum. Jumlah uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan dalam tingkat harga umum.
       Laba dan rugi pembelian umum. Lihat laba dan rugi moneter.
       Mata uang tetap biaya historis. Lihat setara daya beli umum.
       Keuntungan kepemilikan suatu investasi. Kenaikan biaya kini suatu aktiva nonmoneter.
       Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saaat tingkat harga umum dalam suatu perkekonomian meningkat sebesar lebih dari 25 % pertahun.
       Inflasi. Keniakan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu perkeonomian.
       Aktiva Moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti kas atau piutang usaha.
       Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi.
       Kewajiban Moneter. Suati kewajiban untuk membayar jumlah mata uang tetap dimasa depan seperti utang usaha atau uang dengan suku bunga tetap.
       Kerugiaan Moneter. Penurunan dalam daya beli secara umum yang terjasi karena terdapatnya aktiva moneter selama periode inflasi.
       Penyesuaian Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan harga khusus terhadap seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh suatu usaha dalam menjalankan operasinya.
       Jumlah Nominal. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga.
       Aktiva non Moneter. Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap, dan peralatan.
       Penyesuaian Paratis. Suatu penyesuaian yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di Negara induk perusahaan dan perusahaan tuan rumah.
       Kewajiban non moneter. Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas tetap dimasa depan seperti uang muka pelanggan.
       Aktiva Permanent. Istilah di Brasil utnuk aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait serta jumlah deplasi atau amortisasi.
       Indeks Harga. Suatu rasio biaya dimana pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa yang representative dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
       Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu unti moneter untuk memperoleh barang dan jasa.
       Laba Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga.
       Biaya Penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan normal usaha.
       Mata Uang Pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
       Metode nyatakan kembali-translasikan. Digunakan pada saat suatu induk perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar negeri yang beralokasi disebuah lingkungan berinflasi.
       Fluktuatif. Dengan metode ini, akun anak perusahaan pertama-tama disajikan ulang dengan inflasi lokal, kemudian ditranslasikan dalam mata uang induk.
       Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk komoditas khusus seperti persediaan atau peralatan.
       Metode tranlasikan saji-ulang. Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan mentranslasikan akun-akun laporan keuangan anak prusahaan luar negeri ke dalam mata uang induk perusahaan kemudian dinyatakan kembali jumlah yang ditraslasikan terhadap inflasi induk perusahaan.

2.1.2 Mengapa Laporan Keuangan Di Masa Perubahan Harga Berpotensi   Menyesatkan?
Selama masa inflasi, nilai aset yang dicatat sesua dengan biaya perolehannya jarang mencerminkan nilai kini (yang lebih tinggi) dari aset tersebut. Nilai aset yang di kecilkan mengakibatkan dikecilkannya pengeluaran dan di besarkannya laba. Dari sudut pandang manajerial, pengukuran yang tidak akurat ini menimbulkan penyimpangan pada (1) proyeksi keuangan berdasarkan data rangkaian waktu historis yang belum disesuaikan, (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran, dan (3) data kinerja yang gagal menahan pengaruh inflasi yang tidak terkendali. Sebaliknya, pendapatan yang dibesarkan dapat menimbulkan :
·         Kenaikan pajak yang sebanding
·         Permintaan dividen yang lebih banyak dari pemegang saham
·         Tuntutan kenaikan gaji karyawan
·         Kebijakan yang merugikan dari pemerintah tuan rumah ( misalnya pajak yang dibebankan atas kelebihan laba )
Jika harus mendistribusikan semua laba yang dibesarkan (dalam bentuk pajak , dividen , gaji, dan semacamnya yang lebih besar), suatu perusahaan mungin tidak akan memiliki cukup sumber daya untuk mengganti aset tertentu yang mengalami kenaikan harga , seperti persediaan , pabrik dan peralatan.
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan dengan perubahan daya beli unit moneter juga mempersulit pembaca laporan keuangan untuk menafsirkan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan. Pada masa inflasi , pendapatan biasanya di sajikan dalam mata uang yang daya beli umumnya lebih rendah (yaitu daya beli tahun berjalan ) , ketimbang berlaku untuk pengeluaran terkait. Biaya disajikan dalam mata uang dengan daya beli umum lebih tinggi karena biasanya mencerminkan pemakaian sumber daya yang diperoleh di masa lampau (misalnya penyusutan pabrik yang dibeli sepuluh tahun silam). Ketika daya beli unit moneter lebih tinggi. Mengurangi biaya berdasarkan daya beli historis dari pendapatan berdasarkan daya beli kini menyebabkan laba tidak diukur secara akurat .

2.1.3 Jenis – Jenis Penyesuaian Inflasi
Rangkaian statistik yang bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun khusus biasanya tidak berjalan sesuai secara bersamaan. Tiap perubahan harga memiliki pengaruh yang berlainan terhadap pengukuran posisis keuangan dan kinerja operasional perusahaan. Memperhitungkan  pengaruh perubahan tingkat harga umum terhadap laporan keungan disebut model historical cost-constan purchasing power-daya beli tetap-biaya historis.

2.1.4 Penyesuaian  Tingkat - Harga Umum
Jumlah mata uang yang disesuaikan dengan perubahan tingkat-harga umum disebut mata uang tetap-biaya historis atau setara daya beli umum. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan disebut jumlah nominal. Jika biaya historinya dialokasikan untuk laba tahun berjalan, maka pendapatan, sebagai indikator daya beli disesuaikan dengan biaya yang menunjukkan daya beli untuk tahun sebelumnya ketika asset belum dibeli.

Indeks Harga
Perubahan tingkat-harga umum diukur oleh indeks tingkat-harga menurut rumus ∑P1Q1 / ∑P0Q0 dengan P = harga komoditas dan q = jumlah yang dikonsumsi.
Penggunaan Indeks Harga
Angka indeks harga biasanya digunakan  dalam transaksi jumlah uang yang dibayarkan di periode sebelumnya ke dalam setara daya beli akhir periodenya. Rumus yang dipakai :
GPLc/GPLtd x Jumlah nominaltd = PPEc
Keterangan
GPL          = indeks harga umum
c                = tahun berjalan
td               = tanggal transaksi
PPE           = setara daya beli umum

Angka tingkat-harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini dari pos yang dipersoalkan,melainkan masih merupakan angka biaya historis. Angka historis hanya sekedar disajikan dalam unit ukuran baru yaitu daya beli umum di akhir periode. Jika semua transaksi dilakukan secara seragamselama periode tertentu , maka penyesuaian tingkat harga jalan pintas dapat digunakan. Rumus yang dapat digunakan :
GPLc/GPLavg x Pendapatan total = PPEc

Objek Penyesuaian Tingkat -Harga Umum
Secara tradisional, laba adalah bagian dari kekayaan yang dapat ditarik oleh perusahaan selama periode akuntansi tertentu, tanpa mengurangi kekayaan dibawah tingkat awalnya. Dengan asumsi tidak ada investasi oleh pemilik suatu perusahaan selama periode tersebut. Akuntansi konvensional menghitung laba sebagai jumlah maksimal yang dapat ditarik oleh perusahaan tanpa mengurangi modal uang awalnya.
Jika kita tidak bisa memperoleh harga stabil maka perhitungan laba konvensional cenderung menghitung kekayaan bersih perusahaan setelah pajak secara tidak akurat. Model daya-beli tetap-biay historis mengatasi ketimpangan denga menghitung laba,sedemikian sehingga perusahaan dapat membayarkan seluruhnya sebagai deviden sekaligus mempertahankan daya beli di akhir tahun agar sama dengan di awal tahun.

2.1.5 Penyesuaian Biaya Kini
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional, yaitu.
1.      Aset dinilai pada biaya kininya ketimbangan biaya historisnya. Oleh karena itu aset pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas di masa depan, pendukung model biaya-kini berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi arus kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan.
2.      Laba didefenisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan perusahaan di suatu periode sambil tetap mempertahankan kapasitas produksi atau modal fisiknya.
Satu cara untuk mempertahankan modal dengan cara menyesuaikan posisi awal bersih perusahaan seperti harga tagihan lancar, daftar harga dari penyedia. Dapat diilustrasikan dalam bentuk persamaan akuntansi yaitu.
Aset = Kewajiban + Ekuitas Pemilik

Kas
Persediaan
Modal
1
100.000

100.000
2
(100.000)
100.000

3
150.000

150.000 (pendapatan)
4

40.000
40.000 reval OE
5

(140.000)
(140.000) beban
Keterangan.
·         Baris 1, menunjukkan pengaruh investasi awal perusahaan sebesar ARS100.000 terhadap laporan keuangan
·         Baris 2, menunjukkan pertukaran kas dengan persediaan, dengan asumsi kenaikan gaji sebesar 50%.
·         Baris 3, menunjukkan penjualan persedian untuk mendapatkan kas, yang meningkatkan ekuitas pemilik dengan jumlah yang sama.
·         Baris 4, menunjukkan beban kini pada penjualan, perusahaan meningkatkan nilai dukungan persediaan sebesar 40%, ganti rugi tersebut guna untuk kenaiakan akan revaluasi ekuitas pemilik sebesar ARS40.000. penyesuaian ini memiliki dampak yaitu. Jumlah revaluasi memperlihatkan kepada pembaca lap. Keuangan bahwa perusahaan harus menyimpan tambahan sebesar ARS40.000 dalam usaha agar mampu mengganti persediaan yang mengalami kenaikan biaya pengganti.
·         Baris 5, menunjukkan revaluasi persediaan meningkatkan beban sumber daya yang menjadi setara dengan beban ekonomi kini.

2.1.6 Biaya Kini Disesuaikan dengan Tingkat-Harga Umum
Opsi pelaporan ini bertujuan untuk menggabungkan karakteristik model tingkat-harga umum dan model biaya-kini. Pengukuran ini disebut dengan model biaya kini yang disesuaikan degan tingkat harga menggunakan indeks harga umum dan khusus. Salah satu tujuan model tingkat harga-umum, yaitu untuk mengungkapkan laba dan aset bersih pada ekuivalen daya beli akhir tahun perusahaan. Tujuan dari model biaya-kini yaitu untuk melaporkan aset bersih perusahaan pada biaya kininya dan melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan bersih setelah pajak.
Ciri khas model biaya-kini, pengungkapan perubahan biaya kini dari aset nonmoneter perusahaan setelah dikurangi inflansi. Bertujuan untuk memperlihatkan bagian perubahan nilai aset nonmoneter yang melebihi atau kurang dari perubahan daya beli umum.
Kenaikan aset nonmoneter akibat inflansi umum merupakan jumlah saldo yang harus dimiliki perusahaan agar mampu menghadapi inflansi umum. Dan salah satu komponen yang lainnya, misalnya kenaikan biaya kini yang melampaui inflnsi umum dianggap oleh sejumlah pihak sebagai laba modal atas aset nonmoneter yang belum direalisasikan. Komponen terkhir ini bukan merupakan laba, malinkan kenaikan biaya perusahaan yang harus dimiliki perusahaan dalam mempertahankan produknya
Laba atau rugi kumulatif dari aset nonmonter induk- pos ini merupakan perubahan kumulatif atas nilai aset nonmoneter yang diakibatkan selain oleh inflansi umum.
Pos ini dihitung hanya jika model beban-khusu digunakan, karena beban ini dibndingkan dengan penyajian ulang dengan yang ditentukan oleh indeks harga konsumen nasional. Jika beban khusus lebih besar daripada indeks tersebut, maka laba akan diperoleh aset nonmoneter induk, jika tidak maka rugi akan diperoleh.
Laba atau rugi moneter kumulatif- pos ini merupakan pengaruh bersih yang muncul dari penyajian ulang awal dari angka-angka dalam laporan keuanagan.

2.1.7        Pendekatan Terhadap Akuntansi Inflasi Di Beberapa Negara
Beberapa negara bereksperimen dengan pendekatan akuntansi inflasi yang beragam. Praktisi-praktik yang berlaku di lapangan juga mencerminka berbagai pertimbangan pragmatis, seperti tingkat keparahan inflasi nasional dan sudut pandang pihak-pihak yang merasakan pengaruh langsung dari angka-angka akuntansi inflasi. Guna memahami praktisi-praktik yang berlakudewasa ini, akan bermanfaat jika kita menelaah pendekatan terhadap akuntansi inflasi yang dilakukan oleh beberapa negara.

Amerika Serikat
FASB 1979 menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (SFAS) No. 33 tentang “Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, yang mengharuskan perusahaan-perusahaan di AS yang memiliki persediaan dan aset tetap (sebelum dikurangi akumulasi penyusutan) senilai lebih dari $125 juta, atau memiliki total aset senilai lebih dari $1M, untuk mencoba mengungkapakan baik daya beli tetap-biaya historis maupun daya beli tetap biaya kini selama lima tahun. Sebagai kerangka pengukuran dasar untuk laporan keuangan utama, pengungkapan ini lebih ditujukan untuk melengkapi informasi beban historis daripada menggantinya.
Banyak pengguna dan pembuat laporan keuangan yang menaati SFAS No.33 yang merasakan bahwa (1) pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FSAB membingungkan, (2) biaya penyajian pengungkapan ganda terlalu mahal dan (3) pengungkapan daya beli tetap-biaya historis kurang berguna jika dibandingkan dengan data beban terkini. Oleh karena itulah, FASB memutuskan untuk menyarankan, dan tidak mewajibkan, perusahaan pelapor di AS untuk mengungkapkan baik informasi daya beli tetap-biaya historis maupun daya beli tetap-biaya kini. Pedoman yang diterbitkan oleh FASB (SFAS 89) bertujuan untuk membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh perubahan harga terhadap laporan keuangan, disamping sebagai cikal bakal standar akuntansi inflasi di masa mendatang.
Perusahaan pelapor disarankan untuk mengungkapkan informasi berikut tiap lima tahun terakhir:
·         Penjualan bersih dan pendapatan operasional lain
·         Laba operasional berkelanjutan berdasarkan biaya-kini
·         Daya beli laba atau rugi ats pos-pos moneter bersih
·         Peningkatan atau penurunan biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan yang lebih rendah (yaitu jumlah kas bersih yang diperkirakan dapat dipulihkan lewat penggunaan atau penjualan) dari persediaan atau asset tetap, setelah dikurangi inflasi (perubahan tingkat-harga umum).
·         Semua penyesuaian transaksi gabungan mata uang asing, berdasarkan biaya-kini
·         Aset bersih di akhir tahun berdasarkan biaya-kini
·         Pendapatan per saham
·         Dividen per saham dari saham biasa
·         Harga pasar per saham dari saham biasa di akhir tahun
·         Tingkat Indeks Harga Konsumen yg digunakan untuk mengukur dari operasional berkelanjutan.
Untuk meningkatkan komparabilitas data diatas, informasi yang diberikan dapat disajikan baik dalam (1) rata-rata setara daya beli (atau di akhir tahun), maupun (2)dolar pada periode pokok (1967) yang digunakan untuk menghitung CPI. Jika laba berdasarkan daya beli tetap biaya-kini berbeda secara signifikan dari laba biaya historis, maka perusahaan diminta untuk menyajikan lebih bnyak data.
Pedoman SFAS No.89 juga mencakup operasi luar negeri yg disertakan dalam laporan keuangan konsolidassi perusahaan induk di AS. Perusahaan yang menggunakan dolar sebagai mata uang fungsional untuk mengukur operasi luar negerinya menggunakan perspektif mata uang induk. Oleh karenanya, akun-akun dalam laporan keuangan harus ditranslasikan ke dalam dolar, kemudian disesuaikan dengan inflasi di AS (metode tranlasi-saji ulang).

Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris (ASC) menerbitkan pernyataan Praktik Akuntansi Standar no.16 (SSAP No.16), “Akuntansi Biaya-Kini”, berdasarkan eksperimen selama 3 tahun pada bulan Maret 1980.  Meskipun tidak berlaku sejak tahun 1988, metode SSAP No.16 dianjurkan untuk perusahaan perusahaan yang secara sukarela menyesuaikan akun-akunnya dengan inflasi.
SSAP No.16 berbeda dengan SFAS No.33 dalam dua aspek utama. Pertama, SSAP No.16 hanya menggukan metode biaya-kini untuk pelaporan eksternal, sedangkan SFAS No.33 mewajibkan akuntansi dolar konstan maupun biaya-kini. Kedua, laporan biaya-kini pada SSAP No.16 mewajibkan laporan laba rugi maupun neraca biaya-kini berserta catatannya, sedangkan penyesuaikkan inflasi SFAS No.33 hanya berfokus pada laporan laba rugi. Standar Inggris memberikan 3 pilihan dalam pelaporan:
1.      Menyajikan akun-akun biaya-kini sebagai laporan dasar dengan dilengkapi akun-akun biaya-historis.
2.      Menyajikan akun-akun biaya-historis sebagai laporan dasar dengan dilengkapi akun-akun biaya-kini.
3.      Menyajikan akun-akun biaya-kini saja dengan dilengkapi akun-akun biaya-historis seperlunya.

Terkait pos-pos moneter, SFAS No.33 mewajibkan pengungkapan angka-angka laba dan rugi secara terpisah, sedangkan SSAP No.16 mewajibkan 2 jenis angka yg mencerminkan pengaruh perubahan harga khusus. Jenis pertama, yg disebut sebagai penyesuaian modal kerja moneyer (MWCA), mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap jumlah modal kerja yg digunakan dalam operassi bisnis. Sama halnya dengan saldo laba atau rugi moneter yg disyaratkan oleh model tingkat-harga-umum, penyesuaian ini mengakui bahwa barang dan jasa yg diperoleh perusahaan bersifat lebih khusus dalam hal asset tetapnya jika dibandingkan dg barang dan jasa yg dikonsumi public. Jenis kedua, yg disebut penyesuaian utang modal, memperhatikan dampak perubahan harga khusus terhadap asset non-moneter perusahaan (misalnya penyusutan, beban penjualan dan modal kerja moneter).
[(TL – CA) / (FA + I + MWC)] (CC Dep. Adj. + CC Sales Adj. + MWCA)
di mana
TL                        = total kewajiban selain utang penjualan
CA                       = aset lancar selain piutan pejualan
FA                        = aset tetat termasuk investasi
I                            = persediaan
MWC                   = modal kerja moneter
CC Dep. Adj.       = penyesuaian penyusutan biaya-kini
CC Sales Adj.      = penyesuaian penjualan biaya-kini
MWCA                = penyesuaian modal kerja moneter

 Brasil
Inflasi sering dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dunia bisnis di Amerika Latin, Eropa Timur dan Asia Tenggara. Mengingat pengalamannya dg inflasi di masa lalu, pendekatan yg dilakukan oleh Brasil terhadap akuntansi inflassi sangat informative.
Meskipun sudah tidak diwajibkan, akuntansi inflassi yg dianjurkan di Brasil dewasa ini terdiri atas 2 pilihan pelaporan: Undang-Undang Perusahaan Brasil dan Komisi Sekuritass dan Bursa Brasil. Sesuai dg undang-undang perusahaan, penyesuaian inflasi dilakukan dg menyajikan ulang asset permanaenn dan akun-akun ekuitas pemegang saham dg menggunakan indeks harga yg diakui oleh pemerintah federal sebagai alat ukur devaluasi mata uang local. Asset permanen terdiri atas asset tetap, gedung, investasi, beban ditangguhkan beserta penyusutan dan amortisasi atau deplesi akun-akun (termasuk semua penyisihan penghapusan asset produktif). Akun ekuitas pemegang saham terdiri atas modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi asset tetap ke dalam biaya pengganti kininya, setelah dikurangi provisi penyusutan teknis dan fisik.
Penyesuaian inflassi terhadap aset pemanen dan ekuitas pemegang saham diterima bersih dan kelebihannya diungkapkan secar terpisah dalam laba kini sebagai laba atau rugi koreksi moneter.

2.1.8 International Accounting Standards Broad (IASB)
IASB menyimpulkan bahawa laporan posisis keuangan dan kinerja operasional yang dinyatakan dalam mata uang lokal dilingkungan hiperinflasi tidak bermanfaat. Secara khusus, laporan keuangan perusahaan yang menggunakan mata uang dilingkungan hiperinflasi, baik  berdasarkan pada model penilaian historismaupun biaya-kini, harus diungkapkan kembali pada daya beli tetap pertanggal neraca. Peraturan ini juga berlaku untuk angka-angka serupa ditahun sebelumnya. Laba atau rugi daya beli terkait posisi kewajiban atau aset menetr bersih harus dimasukan kedalam laba bersih. Perusahaan laporan juga harus mengungkapkan:
1.      Fakta bahwa penyajian ulang atas perubahan daya beli umum unit pengukuran telah dilakukan
2.      Model penilaian aset yang digunakan dalam laporan utama (yaitu penilaian historis atau biaya-kini)
3.      Identitas dan tingkat indeks harga per tanggal neraca, berikut pergerakannya selama tahun pelaporan
4.      Laba atau rugi moneter bersih tahun berjalan
2.1.9 Hal-hal Terkait Inflasi
Para analisis harus memperhatikan hal-hal berikut saat membaca laporan yang disesuaikan dengan ingflasi: (1) apakah pengaruh inflasi dapat diukur secara lebih baik oleh dolar tetap atau biaya-kini, (2) perlakuan akuntansi untuk laba dan rugi inflasi, (3) akuntansi inflasi asing, (4) pengaruh gabungan dari tingkat inflasi dan bursa efek. Point pertama tdan ketiga kita bahas secara bersamaan.

Laba dan Rugi Inflasi
            Perlakuan terhadap laba dan rugi atas pos-pos moneter (seperti kas,utang, dan piutang) merupakan isu yang komersial. Survei yang dilakukan terhadap praktik-praktik di berbagai negara menunjukan keragaman yang penting dalam hal ini.
Laba atu rugi tas pos-pos  moneter di AS dihitung dengan cara menyajikan ulang saldo awal, saldo akhir, serta semua transaksi dari seluruh aset dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang) dalam laporan tetap. Saldo yang diperoleh kemudian diungkapkan sebagi pos tersendiri. Perlakuan ini menganggap laba dan rugi pada pos-pos moneter berbeda dengan jenis laba lain.
            Di inggris, laba dan rugi atas pos-pos moneter dikelompokan menjadi modal kerja moneter dan penyesuaian utang modal, kedua pos tersebut dihitung menurut perubahan harga khusus (bukan umum). Penyesuian utang modal menunjukan penerimaan (atau beban) yang diperoleh pemegang saham dari utang pembiayaan selama masa perubahan harga.
            Pendekatan yang diterapkan di Brasil, yang sudah tidak diwajibkan lagi, tidak menyesuaikan aset dan kewajiban lancar secara eksplisit, karena saldo keduanya dinyatakan dalam nilai yang dapat diungkapkan. Penyesuaian aset permanen yang melebihi penyesuian ekuitas merupakan bagian dari aset permanen yang diperoleh lewat utang, sehingga menghasilkan laba daya beli. Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang melebihi penyesuian aset permanen merupakan bagian dari modal kerja yang dibiayai oleh ekuitas. Rugi daya beli diakui untuk bagian ini selama inflasi.
            SSAP No, 16 memiliki cara yang lebih baik untuk menangani pengaruh inflasi selain persedian, pabrik, dan peralata, perusahaan juga harus meningkatkan modal kerja moneter nominal bersih guna memprtahankan daya operasional seiring naiknya harga. Meski begitu fenomena ini seharusnya tidak diukur dengan daya beli umum karena perusahaan hampir tidak pernah berinvestasi di keranjang belanja ekonomi. Kami yakin bahwa tujuan akuntansi inflasi ialah untuk mengukur kinerja perusahaan dan memungkinkan pihak yang tertarik untuk menilai jumlah, waktu, dan potensi arus kas dimasa depan.
            Suatu perusahaan dapat mengukur daya beli yang dimilikinya untuk memperoleh barang danjasa tertentu lewat indeks pengukur laba dan rugi moneter, karena tidak semua perusahaan mampu memperoleh indeks daya beli khasnya sendiri, pendekatan yang dilakukan di Ingris menjadi alternatif yang baik. Namun kami lebih memilih untuk memperlakukan penyesuaian utang modal sebagai pengurangan atas penyesuaian biya-kini untuk pos-pos penyusutan, beban penjualan, dan modal kerja moneter daripada mengungkapkan. Kami beranggapan bahwa beban biaya-kini dan saji ulang biaya historis selama inflasi dapat tertutup oleh pengurangan beban utang jasa yang digunakan untuk membiayai pos-pos operasional tersebut.

Laba dan Rugi Modal
Akuntansi nilai kini membagi laba bersih ke dalam dua kategori: (1) laba operasional (selisih antara pendapatan lancar dengan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi) dan (2) laba yang belum direalisasikan dari kepemilikan asset nonmonoter yang nilai penggantinya mengalami kenaikan selama inflasi berlangsung. Pengukuran laba modal mudah dilakukan, namun perlakuan akuntansinya sulit. Kami berpendapat bahwa kenaikan biaya pengganti asset operasional (contohnya proyeksi arus kas keluar untuk mengganti peralatan) bukan merupakan laba, baik terealisasimaupun tidak. Perubahan biaya kini persediaan, pabrik, peralatan, dan asset operasional lain merupakanrevaluasi terhadap ekuitas pemilik, yang menjadi bagian dari laba yang harus dimiliki perusahaan guna mempertahankan modal fisik, sedangkan laba berdasarkan biaya kini merupakan pengukuran terhadap kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan ini. Asset yang ditahan untuk tujuan spekulasi, seperti tanah kosong atau surat berharga yang dapat diuangkan, tidak harus diganti jika ingin mempertahankan daya produksi. Oleh karenanya, jika penyesuaian biaya-kini mencakup pos-pos ini, kenaikan atau penurunan setaraharus dinyatakan secara langsung dalam akun laba.

Inflasi Asing
Di Amerika Serikat, FASB berupaya menangani inflasi dengan cara mewajibkan perusahaan pelapor besar untuk bereksperimen baim dengan daya beli tetap-biaya historis maupun dengan pengungkapan biaya-kini. FAS No 89, yang menganjurkan (namun tidak mewajibkan) perusahaan untuk menerangkan perubahan harga, tidak berhasil memecahkan isu ini pada dua tingkatan. Pertama, perusahaan boleh tetap menyajikan nilai asetnonmoneternya pada biaya historis (yang disaji ulang untuk perubahan tingkat harga), atau boleh juga menyajikan ulang dalam setara biaya-kininya. Kedua, perusahaanyang memilih untuk menyajikan data biaya-kini untuk operasi luar negri memiliki dua opsi metode translasi dan saji ulang laporan anak perusahaan ke dalam dolar AS. Perusahaan tersebut boleh menyajikan ulang ke dalam inflasi asing, kemudian mentranslasikannya ke dalam mata uang induk perusahaan (metode saju ulang-translasi), atau boleh mentranslasikannya ke dalam mata uang induk perusahaan, kemudian menyajikan ulang ke dalam mata uang induk perusahaan, kemudia menyajikan ulang ke dalam inflasi (translasi-saji ulang). Kini dapat menentukan pilihan metode dengan menggunkan kerangka  berorientasi keputusan.
Investor peduli dengan potensi perusahaan untuk menghasilkan dividen, karena nilai investasi mereka pada akhirnya bergantung pada deviden di masa mendatang. Potensi perusahaan untuk menghasilkan dividen berhubungan secara langsung dengan kemampuannya untuk menghasilkan barang dan jasa. Dividen akan dihasilkan di masa mendatang hanya jika perusahaan mempertahankan daya produksinya.
Oleh karena itu, investor memerlukan laporan yang disesuaikan dengan tingkat harga khusus, bukan harga umum. Ini karena penyesuaian tingkat harga khusus menjadi penentu jumlah maksimal yang bisa dibayarkan oleh perusahaan sebagai dividen tanpa mengurangi daya produksinya.
Kami memilih prosedur penyesuaian tingkat harga sebagai  berikut:
1.      Menyajikan ulang seluruh laporan keuangan anak perusahaan, baik domestic maupun asing, dan induk perusahaan guna mencerminkan perubahan harga khusus.
2.      Mentranslasikan seluruh laporan anak perusahaan asing ke dalam setar mata uang domestic melalui konstanta
3.      Menggunakan indesk harga khusus yang relevan dengan apa yang dikonsumsi perusahaan dalam  perhitungan laba atau rugi monoter. Perspektif perusahaan induk mensyaratkan indeks harga domestic, sedangkan perspektif perusahaan local mensyaratkan indeks harga local.
Menyajikan ulang laporan perusahaan asing maupun domestic ke dalam setara harga-kini khusus menghasilkan informasi yang relevan dengan keputusan. Akan lebih mudah bagi kita untuk membandingkan dan mengevaluasi hasil konsolidasi seluruh perusahaan di masa mendatang. Filosofi pelaporan ini dipaparkan oleh Dewey R. Borst, pengawas keuangan Inland Steel Company:
Manajemen berusaha mendapatkan informasi terkini dan terbaik untuk memonitor kinerja mereka di masa lampau, serta untuk memandu mereka dalam mengambil keputusan dimasa kini. Kalangan luar menilai laporan keuangan untuk laporan serupa, yakni untuk menentukan kinerja perusahaan di masa lampau dan perkiraan kinerjanya di masa mendatang. Oleh karenanya, tidak ada alas an yang kuat bagi kita untuk memiliki dua jenis data dan metode penyajian laporan keuangan. Data serupa yag kini tersedia melalui pengembangan akuntansi manajerial juga sesuai untuk pihak luar.

Menghindari  Double-Dip
Ketika menyajikan ulang laporan perusahaan yang bertempat di luar negeri ke dalam inflasi asig, perusahaan terkadang menghitung pengaruh inflasi dua kali. Dikenal sebagai double-dip, persoalan ini muncul karena inflasi local mempengaruhi nilai tukar yang digunakan dalam translasi secara langsung. Meskipun teori ekonomi mengasumsikan hubungan terbalik antara tingkat inflasi internal dengan nilai eksternal mata uang dari suatu negara, bukti-bukti menunjukkan bahwa hubungan ini jarang bertahan (setidaknya untuk waktu yang singkat). Sesuai dengan hal ini, besarnya penyesuaian yang dihasilkan untuk menghilangkan double-dip akan beragam, bergantung pada tingkat korelasi negatif antara nilai tukar dengan inflasi diferensial.
Sebagai mana dibahas sebelumnya, penyesuaian inflasi atas beban penjualan atau beban penyusutan bertujuan untuk mengurangi laba”tersaji” guna menghindari saldo laba yang seolah lebih besar. Namun, akibat hubungan terbalik antara inflasi lokal dengan nilai mata uang, perubahan nilai tukar pada reretan laporan keuangan yang lazimnya disebabkan oleh inflasi (minimal selama periode tertentu) setidaknya akan menyebabkan inflasi (misalnya penyesuaian transaksi mata uanag) mempengaruhi laba “tersaji” dari perusahaan. Oleh karenanya, agar tidak dilakukan dua kali, penyesuaian inflasi harus menyertakan rugi translasi yang telah tercemin dalam laba “tersaji” perusahaan.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi kami menyimpulkan bahwa perubahan harga sangat erat kaitannya denga pelaporan keuangan. Seiap perusahaan yang melakukan transaksi jual beli jasa/barang akan diperhadapkan pada masalah perubahan harga baik itu inflasi(kenaikan harga) maupun deflasi(penurunan harga). Perubahan harga menimbulkan perbedaan biaya dalam suatu asset ataupun nilai dari laba perusahaan. Sehingga metode yang diterpakan oleh beberapa negara untuk mengakui perubahan harga (akuntansi inflasi) yakni General Price Level Adjustment  ( penyesuaian harga umum dan Current Cost Accounting ( biaya saat ini atau terkini). Dengan mengakui perubahan harga akan memaksimalkan keuntungan dan menghindari perhitungan biaya depresiasi yang tidak relevan.. Pada periode perubahan harga ini laporan keuangan sangat teramat rentan terhadap resiko penyesatan para penggunanya. Resiko ini terjadi karena adanya ketidak akuratan pengukuran yang menyebabkan distorsi pada proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis, anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh perubahan harga yang tidak dapat dikendalikan. Resiko tersebut menimbulkan kesulitan para pembaca untuk menginterpretasikan dan membandingkap laporan keuangan. Terdapa dua jenis metode yang dapat dilakukan untuk melakukan penyesuaian terhadap inflasi, yaitu (1) akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum yang disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis, dan (2) akuntansi untuk perubahan harga khusus yang disebut dengan model biaya kini.




Daftar Pustaka

Frederick D.S. Choi dan Gary K. Meek.  2010. International Accounting, 6th ed. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.